Bank Indonesia Kalimantan Selatan mencatat lonjakan signifikan penggunaan QRIS sepanjang 2023: lebih dari 629 ribu pengguna baru, dan 10,2 juta transaksi—melebihi target awal 9 juta . Angka ini bukan hanya statistik, melainkan cerminan akselerasi digitalisasi ekonomi yang semakin menyentuh pelosok daerah.

Melangkah ke 2024, BI Kalsel memasang target ambisius: 11,2 juta transaksi dan penambahan 125 ribu pengguna baru, menggarisbawahi persebaran QRIS yang kini semakin merata di seluruh kabupaten dan kota . Ini bukan sekadar alat bayar—QRIS telah menjadi jantung perputaran ekonomi digital Kalsel.

Inovasi pun terus digeber. Dewi Rahmawati dari BI mengungkap dua terobosan mutakhir: opsi pembayaran cross-border QRIS, kini diterapkan Malaysia dan Thailand, tanpa perlu tukar mata uang manual . Fitur ini mendekatkan Kalsel pada era ekonomi lintas negara yang lebih efisien dan aman.

Dari pedagang pasar tradisional hingga pelaku UMKM dan café kekinian, transformasi transaksi berjalan cepat. Dampaknya jauh lebih luas: memotong rantai distribusi uang tunai, mempercepat arus kas, dan meningkatkan inklusi keuangan. Dengan struktur biaya ringan (0,7%) dan pencairan dana H+1, merchant menikmati transaksi yang simpel dan cepat.

Bank Indonesia pun tak berhenti: terus mensosialisasi lewat pendidikan digital—ke sekolah, kampus, hingga event komunitas—seraya memantau efektivitas dan kendala di lapangan .

Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Selatan, Bimo Epyanto, mengungkapkan bahwa adopsi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di kalangan pelaku usaha terus menunjukkan tren pertumbuhan positif.

“Hingga saat ini, sekitar 250 ribu pelaku usaha di Kalimantan Selatan telah memanfaatkan QRIS sebagai sarana transaksi non-tunai. Jumlah tersebut meningkat sekitar 25 persen dibandingkan tahun 2021,” ujar Bimo dalam keterangan di Banjarmasin

Ia merinci bahwa pelaku usaha pengguna QRIS mencakup berbagai segmen, mulai dari pasar tradisional, pasar modern, UMKM, hingga kafe dan ritel lokal. BI tidak hanya mendorong adopsi QRIS di sisi merchant, namun juga terus mengedukasi masyarakat sebagai konsumen agar terbiasa dengan metode pembayaran digital.

“QRIS memberikan banyak keuntungan: transaksi lebih cepat, efisien, aman, dan membantu mengurangi peredaran uang palsu,” jelasnya.

Implementasi QRIS secara nasional dimulai sejak 17 Agustus 2019, dan mulai digencarkan secara masif di Kalimantan Selatan sejak 2020.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Birhasani, mengonfirmasi bahwa penerapan QRIS di pasar tradisional telah melampaui target awal BI. “Saat ini, telah ada delapan pasar tradisional dan satu pasar modern yang aktif menggunakan QRIS,” ujarnya.

Terbaru, Pemerintah Provinsi Kalsel bersama BI meluncurkan sistem pembayaran QRIS di Pasar Tungging Belitung, Banjarmasin. Wali Kota Banjarmasin juga menargetkan ekspansi penggunaan QRIS ke 26 pasar tradisional lainnya secara bertahap, disertai sosialisasi intensif kepada masyarakat.

Langkah ini dinilai sebagai bagian strategis dalam mempercepat digitalisasi sistem pembayaran daerah serta memperkuat inklusi keuangan melalui inovasi yang menyentuh sektor akar rumput.

You May Also Like

More From Author